Thursday, May 1, 2008

Halal dan Haram?

PERSOALAN halal-haram adalah seperti halnya soal-soal lain, di mana orang-orang jahiliah pernah tersesat dan mengalami kekacauan yang luarbiasa, sehingga mereka berani menghalalkan yang haram, dan mengharamkan yang halal.
Keadaan yang sama pernah juga dialami oleh golongan penyembah berhala (watsaniyin) dan ahli-ahli kitab.
Kesesatan ini akhirnya dapat menimbulkan suatu penyimpangan yang ekstrimis kanan, atau suatu penyimpangan yang ekstrimis kiri.
Di pihak kanan, misalnya: Kaum Brahmana Hindu, Para Rahib Kristian dan beberapa golongan lain yang berprinsip menyiksa diri dan menjauhi hal-hal yang baik dalam masalah makanan ataupun pakaian yang telah diserahkan Allah kepada hambaNya.
Kedurhakaan para rahib ini sudah pernah mencapai puncaknya pada abad pertengahan. Beribu-ribu rahib mengharamkan barang yang halal sehingga sampai kepada sikap yang keterlaluan. Sampai-sampai di antara mereka ada yang menganggap dosa kerana mencuci dua kaki, dan masuk kamar mandi dianggap dapat membawa kepada penyesalan dan kerugian.
Dari golongan ekstrimis kiri, dapat dijumpai misalnya aliran Masdak yang timbul di Parsi. Golongan ini menyuarakan kebolehan yang sangat meluas. Kendali manusia dilepaskan, supaya dapat mencapai apa saja yang dikehendaki. Segala-galanya bagi mereka adalah halal, sampaipun kepada masalah identitas dan kehormatan diri yang telah dianggapnya suci oleh fitrah manusia.
Bangsa Arab di zaman Jahiliah membolehkan minuman-minuman keras, makan riba yang berlipat-ganda, menganiaya wanita dan sebagainya. Lebih dari itu, mereka juga telah dipengaruhi oleh godaan syaitan yang terdiri dari jin dan manusia sehingga mereka tega membunuh anak mereka dan mengunyah-ngunyah jantungnya. Godaan itu mereka turutinya juga. Perasaan kebapaan yang bersarang dalam hatinya, sama sekali ditentang.
"Dan begitu juga kebanyakan dari orang-orang musyrik itu telah dihiasi oleh sekutu-sekutu mereka untuk membunuh anak-anak mereka guna menjerumuskan mereka dan meragu kan mereka agama mereka. " (al-An'am : 137)
Al-Quran telah menegaskan kesesatan mereka yang berani menghalalkan sesuatu yang seharusnya haram, dan mengharamkan sesuatu yang seharusnya halal; al-Quran mengatakan:
"Sungguh rugilah orang-orang yang telah membunuh anak-anak mereka lantaran kebodohannya dengan tidak mengerti itu, dan mereka yang telah mengharamkan rezeki yang Allah sudah berikan kepada mereka (lantaran hendak) berdusta atas (nama) Allah; mereka itu pada hakikatnya telah sesat, dan mereka itu tidak hendak mengikuti pimpinan." (al-An'am: 140)
Kedatangan Islam langsung dihadapkan dengan kesesatan dan ketidak-beresan tentang persoalan halal dan haram ini. Oleh kerana itu pertama kali undang-undang yang dibuat guna memperbaiki segi yang sangat membahayakan ini ialah dengan membuat sejumlah Pokok-pokok Perundang-undangan sebagai standard untuk dijadikan landasan guna menentukan halal dan haram. Seluruh persoalan yang timbul, dapat dikembalikan kepadanya, seluruh neraca kejujuran dapat ditegakkan; keadilan dan keseimbangan yang menyangkut soal halal dan haram dapat dikembalikan.
-malaccaisland-

6 comments:

sabilillah said...

Rasulullah SAW sendiri pernah ditegur ALLAH SWT karena mengharamkan madu, karena beliau hendak menjaga perasaan isterinya yang tidak suka bau madu yang diminumnya. Teguran ALLAH SWT kepada Rasulullah SAW ini boleh kita lihat di At Tahrim(66):1,“Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Berdasar ayat di atas, saya hendak mengingatkan agar saudara2ku BERHATI-HATI DALAM MENYATAKAN SESUATU (TERUTAMA MASALAH HALAL-HARAM). Rasulullah SAW saja dilarang mengharamkan apa yg telah nyata halal, maka kita boleh bayangkan bagaimana sikap ALLAH SWT jika kita mengharamkan sesuatu yang halal? Siapkah kita menerima teguran ALLAH SWT?Apatah lagi jikan kita menghalalkan sesuatu yang haram?Nauzibulliahminzalik. Teguhkanlah Keimanan Kita. Kuatkan Akidah kita agar kita tidak terpesong.

Nur Toharah said...

salam buat sabilillah..

Semua yang saya nyatakan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan Dr. Yusuf al-Qardhawi,bukan saya memandai sendiri,sila saudara rujuk kitab fatwa2 Dr. Yusuf al-Qardhawi di perpustakaan...Semua yang Allah turunkan selama 23 tahun kepada nabi Muhammad adalah berdasarkan peristiwa dan keadaan pada masa itu,harap saudara faham.kalaulah semua Rasulullah tahu,mestilah al-Quran dapat disempurnakan dalam masa yang singkat semuanya. Al-Quran diturunkan secara mutawatir,tidak akan timbul persoalan kerana manusia yang hidup sezaman dengan Nabi adalah mereka2 yang mendengar,menyalin n menghafal sendiri...mana mungkin semua mereka berbohong akan hak itu.

Nabi itu masih manusia juga, tentu tidak akan terlepas dari kesalahan. Namun, karena Nabi itu sangat qarib dengan Allah, maka setiap melakukan kesalahan atau kebingungan, Allah secara direct akan memberikan bimbingan untuk meluruskannya.


Tidak diragukan lagi bahwa semua orang Muslim harus berperilaku sesuai dengan perilaku yang dicontohkan oleh Muhammad Rasulullah saw. Masalahnya adalah, mungkinkah kita dapat meneladani seluruh sikap hidup beliau? Seringkali orang gagal meneladaninya dengan excuse bahwa dirinya hanyalah manusia biasa sedangkan Muhammad adalah seorang nabi. Apakah benar lantaran Muhammad itu seorang nabi yang paling mulia, lantas kita tidak mungkin dapat meneladaninya? Rasanya tidaklah demikian. Karena bila hal itu benar, maka mustahil Allah Yang Maha Bijaksana menyuruh kita untuk meneladaninya [Al-Ahzab (33):21, Al-A'raaf(7):158]

Orang yang meragukan kemampuan dirinya untuk dapat meneladani sikap hidup Muhammad saw, boleh jadi karena ia mempunyai persepsi bahwa Muhammad itu adalah orang yang memang diciptakan Allah sebagai orang suci, yang tentu saja dengan demikian tidak mungkin ia berbuat kesalahan. Rasanya persepsi demikian tidaklah sepenuhnya benar. Karena bila Muhammad diciptakan dari sananya suci,bebas dari dosa, lalu kenapa ia diuji Allah juga? Bukankah berarti Allah menguji yang sia-sia saja?

Dari keterangan-keterangan yang terdapat dalam Al-Qur'an, nampaknya menyiratkan bahwa Muhammad itu adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Hanya bedanya dengan kita, di-samping beliau menerima wahyu, juga beliau bila melakukan kesalahan langsung ditegur oleh Allah. Simaklah peristiwa-peristiwa berikut:

(1) Suatu ketika nabi Muhammad saw. sedang berkumpul bersama pemuka-pemuka musyrik di Makkah untuk menjelaskan ajaran Islam kepada mereka. Tiba-tiba dalam pertemuan itu masuk seorang buta, yaitu Abdullah bin Ummi Maktum, sambil bersuara keras, "Muhammad, Muhammad, ajarkanlah aku sebagian yang diajarkan Tuhan kepadamu! " Melihat ini nabi Muhammad saw, tidak senang. Beliau berpaling tidak menghiraukan kedatangannya. Sikap ini langsung ditegur oleh Allah:

Dia(Muhammad) bermuka masam dan berpaling, kerana telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali dia ingin membersihkan diri(dari dosa) atau (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberikan manfaat baginya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada celaan atasmu bila dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepada mu dengan bersegera (untuk memperoleh pengajaran), sedangkan ia takut (kepada Allah) maka engkau mengabaikan nya. Sekali-kali jangan (berbuat demikian), sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan adalah suatu peringatan, maka siapa yang menghendaki tentulah ia memperhatikannya. 'Abasa(80):1-12

(2) Ketika terjadi peperangan Uhud, puluhan sahabat Nabi gugur, dan Nabi terluka sehingga giginya patah dan wajah beliau berlumuran darah. Konon Nabi lalu bermohon agar Tuhan mengutuk mereka. Hal ini ditegur keras oleh Allah:

Tidak ada sedikit pun kewenanganmu dalam urusan mereka! Allah mengampuni mereka atau menyiksa mereka, kerana sesungguhnya mereka itu orang-orang yang berlaku aniaya. Ali'Imran(3):128

(3) Dalam peperangan Badar, Nabi membicarakan tentang sikap yang harus diambil menghadapi para tawanan perang. Umar bin Khatab mengusulkan agar mereka dibunuh, tetapi Abu Bakar mengusulkan agar mereka dimaafkan atau dibebaskan dengan tebusan. Nabi memilih usul ini. Namun Tuhan menegur beliau:

Tidak wajar bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum dia dapat melumpuhkan musuh nya di muka bumi. Kamu menghendaki harta duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untuk kamu), Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar, karena tebusan yang kamu ambil. Maka makanlah dari sebagian rampasan yang telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih. AL-Anfal(8):67-69

(4) Suatu ketika ada beberapa orang Quraisy bertanya kepada nabi Muhammad saw, tentang roh, kisah penghuni gua, dan kisah Dzulqarnain. Lalu beliau menjawab, "Datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan." Dan beliau tidak mengucapkan "insya Allah" (jika Allah menghendaki). Tapi kiranya sampai besok harinya wahyu terlambat datang untuk menceritakan hal-hal tersebut dan nabi tak dapat menjawabnya. Maka turunlah ayat di bawah ini sebagai pelajaran kepada Nabi:

Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu : "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi kecuali(dengan menyebut) : "Insya Allah" Al-Kahfi(18)23-24

Disamping kejadian-kejadian yang disebutkan di atas, pertimbangkan peristiwa-peristiwa lainnya yang dialami oleh Muhammad, seperti misalnya beliau pernah mengharamkan madu tetapi kemudian Allah menegurnya sehingga madu tetap halal bagi kita, strategi perang Khandak, kisah sandal baru, kisah cincin emas, pemberitahuan/tanda waktu shalat(azan), dan bertobat 100kali dalam sehari-semalam.

Apa yang dipaparkan di atas tidaklah dimaksudkan untuk menyoroti teguran-teguran Allah kepada Muhammad, tetapi hanya sebatas ingin memberikan gambaran yang jelas bahwa Muhammad itu adalah seorang manusia juga seperti kita, beliau bukan malaikat. Muhammad bukan pula orang yang memang dari sananya didesain sebagai orang suci, namun kesuciannya itu di peroleh dengan perjuangan yang sungguh-sungguh melawan nafsu/setan yang menggodanya. Beliau memang tidak pernah melakukan kesalahan dalam menyampaikan Al-Qur'an dan hal ini terjadi semata-mata karena kehendak Allah belaka [Al A'laa*87):6 " Kami akan membacakan (Al Qur'an) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa."]

Dengan memahami uraian di atas, maka tidak ada alasan bagi kita untuk merasa tidak mampu mengikuti/meneladani perilaku Muhammad Rasulullah saw. Masalahnya adalah, sungguh-sungguh atau tidak kita dalam perjuangan memerangi nafsu/syaitan itu!harap saudara baca n faham betul2 sebelum mengajukan sebarang komen yang akan memakan diri...

Walahua'lam bishawab
-malaccaisland-

sabilillah said...

Assalamualaikum kembali
Dengan Nama Allah SWT
Sebelum saya mengutarakan penulisan, saya akan pastikan untuk membacanya.

Dengan nama Allah tiada niat untuk memberi komen, tetapi untuk meyokong, andai tersalah bahsa, harap ditegur dgn sebaiknya. Iaitu mengenai apa yang telah di tetapkan haram maka haram lah, tapi jika Allah halalkan maka halallah ianya. dan kita tidak boleh menghalalkan sesuatu yang harahm mahupun mengharamkan sesuatu yang halal. Jadi saya keluarkan lah satu ayat firman ayat tersebut (at Tahrim:66)

Mengenai dengan keperibadian Rasulullah. Tidak ada satu comment dari saya yg mengatakan supaya tidak meneladani Rasulluh Saw. Nauzubillah.

Sy akan katakan disini, agar semuat umat mencontohi lah Rasulullah SAW, dan jadikanlah teladan dan tauladan.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas setiap apa yang berlaku. Dengan nama Allah saya memahami penulisan dari saudara, dan saya akuinya benar.

Hanya dari peringatan dari saya tas keizinan Allah SWT untuk semua. Jgnlah kita menghalalkan sesuatu yang haram, mahupun mengharamkan sesuatu yg halal.

Wassalam.

Nur Toharah said...

Salam buat fisabilillah...

saya tidak pernah menyatakan bahawa apa yang saudara katakan itu salah..."Mengenai dengan keperibadian Rasulullah. Tidak ada satu comment dari saya yg mengatakan supaya tidak meneladani Rasulluh Saw."...sebagaimana kita tahu,Nabi sebaik2 umat n apa2 yang Allah wahyukan adalah sebagai jawapan,khilasah terhadap sebarang persoalan,tidak timbul soal haram dan halal yang saudara utarakan tersebut. Selama 20tahun lebih Nabi mengajar,mendidik n menyampaikan apa yang Allah wahyukan...

"Ballighu 'anni walau aayah"=sampaikan dariku walau sepotong ayat..

Saya tidak mengatakan salah kenyatan saudara..tapi kita kena faham,apa2 yang berlaku pada para Nabi adalah sebagai tauladan umat selepasnya...

kalau nak ikut lojik n fikiran kita,
1.kenapa Nabi Adam makan buah khuldi wpun Allah xbenarkan??
2.Kenapa Nabi Yunus ditelan paus??
3.Kenapa Nabi Ibrahim, Allah xselamtkan awal2 dp dibakar??
4.Kenapa Nabi Ayub terkena penyakit kulit yang dahsyat sehingga manusia-manusia enggan untuk mendekatinya??

Saudara kena faham,seperti arak,pada mulanya,Allah tidak mengharamkan secara terus arak, utk membuat Arab pada masa itu terkejut dengan Islam kerana itu adalah budaya mereka..Selepas itu baru diharamkan secara terus..Saudara buka al-Maidah ayat 90..

Segala apa yang berlaku adalah sesuai pada peristiwa, masa dan tempat..kerana itu selepas al-Quran, hadits...Ijma',qias digunakan...

Seperti dadah,mana ada dadah pada zaman Nabi??? Tapi ulama' mengqiaskan ke atas arak n segala yang memabukkan n merosakkan akal adalah haram...

Harap dapat menjelaskan kekeliruan tentang halal,haram di dalam Islam...

-malaccaisland-

sabilillah said...

Alhamdulillah
Jika saudara tidak salah faham
Semoga Allah memberkati saudara

Nur Toharah said...

Salam...

Harap sabilillah faham...